Senin, 31 Juli 2017

Epilepsis : KLasifikasi, Gejala Klinis, Pengobatan


Defenisi
Epilepsi adalah suatu penyakit otak yang ditandai dengan
  1. Minimal 2 bangkitan tanpa provokasi/bangkitan refleks, dengan jarak antar bangkitan lebih dari 24 jam  
  2. Satu bangkitan tanpa provokasi/bangkitan refleks dengan kemungkinan besar berulang (misalkan bangkitan dengan riwayat stroke, infeksi otak, cedera kepala, tumor otak, displasia kortikal fokal, terdapat gelombang epileptogenik pada EEG)
Maksud dari bangkitan refleks adalah kondisi dimana kejang/bangkitan dapat diprovokasi oleh stimulus eksternal maupun internal yang selalu serupa, dapat berupa melihat kilatan cahaya, membaca buku, mendengar lagu, makan, sikat gigi, buang air kecil dan lain-lain.

Klasifikasi 
Klasifikasi epilepsi menurut Comission on Classification and Terminologi of the International leage Against Epilepsi, 1989 sebagai berikut :
  1. Berdasarkan bentuk  bangkitannya terbagi dua yaitu fokal atau umum
  2. Berdasarkan etiologinya terdiri dariidiopatik, simptomatik, atau kriptogenik.
    • Idiopatik  yaitu tidak terdapat lesi struktural di otak. Diperkirakan mempunyai mempunyai predisposisi genetik dan umumnya terjadi pada usia muda .
    • Kriptogenik yaitu dianggap simtomatik tetapi penyebabnya belum diketahui.
    • Simptomatik yaitu disebabkan oleh kelainan/lesi struktural pada otak misalnya terdapat riwayat cedera kelapa, infeksi SSP, kelainan kongenital, lesi desak ruang, gangguan peredaran darah otak, kelainan neurodegeneratif.
Klasifikasi ILAE 1989 untuk Epilepsi menurut Comission on Classification and Terminologi of the International leage Against Epilepsi, 1989 
  1. Epilepsi Fokal?partial
    • Idiopatik
    • Simptomatik
    • Kriptogenik
  2. Epilepsi Umum
    • Idiopati
    • Kriptogenik atau simptomatik
    • Simptomatik
  3. Epilepsi yang tidak dapat ditentukan fokal atau umum
Diagnosis Klinis Epilepsi
Langkah-langkah dalam menegakkan diagnosis klinis epilepsi minimal langkah 1 dan 2 yaitu
  1. Melakukan anamnesis guna memastikan adanya bangkitan atau kejang epileptik
  2. Memastikan bahwa bangkitan / kejang epileptik tersebut "unprovoked"
  3. Memastikan adanya bangkitan kejang "unprovoked" tersebut berulang dengan jarak waktu minimal 24 jam. 
  4. Melakukan anamnesis guna memastikan kebenaran adanya bangkitan kejang refleks
  5. Memastikan adanya bangkitan/kejang refleks tersebut berulang dengan jarak waktu minimal 24 jam
  6. Menentukan bentuk kejang / bangkitan epileptik
  7. Pemeriksaan fisik untuk mencari defisit neurologi dan tanda lahir
  8. Merujuk untuk pemeriksaan EEG yaitu untuk menemukan gelombang Epileptogenik
  9. Merujuk untuk pemeriksaan Pencitraan Otak (CT scan Kepala dengan kontras/MRI kepala untuk mencari etiologi)
Terapi Pendahuluan
Terapi pendahuluan adalah pemberian satu obat anti epilepsi(OAE) pilihan utama sesuai bentuk bangkitan/kejang epileptik dari dosis awal sampai terjadi dosis rumatan. Apabila seorang dokter meragukan bentuk atau tipe bangkitannya dan ragu untuk memilih obat  anti epilepsinya, maka segera rujuk ke dokter spesialis saraf

Tujuan Terapi
Adapun tujuan terapi pada pasien epilepsi adalah bebas dari bangkitan tanpa efek samping obat epilepsi

Waktu untuk memulai terapi

  1. Diagnosis epilepsi sudah dipastikan (bila ragu-ragu rujuk ke dokter spesialis saraf)
  2. Terdapat minimu 2 kejang/bangkitan dalam setahun
  3. Penderita dan atau keluarganya sudah menerima penjelasan tentang tujuan pengobatan
bangkitan/kejang tunggal direkomendasikan untuk memulai terapi apabila
  1. Pada pemeriksaan neurologis dijumpai defisit neurologis
  2. Terdapat riwayat epilepsi pada saudara sekandung
  3. Terdapat riwayat trauma kepala berat, stroke, infeksi susunan saraf pusat
  4. Bangkitan pertama berupa status epileptikus
Prinsip Terapi
  1. Terapi dimulai dengan monoterapi, menggunakan obat anti epilepsi (OAE) pilihan utama sesuai dengan jenis kejang / bangkitan
  2. Dosis rumatan OAE yang memadai
  3. Pemberian OAE dimulai dengan dosis rendah dan dinaikkan/dititrasi bertahap sampai dosis efektif tercapai (dalam rentang dosis rumatan). Dosis efektif adalah dosis OAE terkecil yang dapat menghentikan kejang atau bangkitan.
  4. Hindari faktor pencetus bangkitan seperti: tidur teratur, menghindari stres, menghindari kelelahan berlebihan, menghindari pencetus spesifik untuk epilepsi reflex.
  5. Pemberian asam folat 1-5 mg/hari terutama pada pasien wanita dalam usia reproduksi untuk mencegah cacat janin
Penghentian Terapi OAE
Pada populasi dewasa penghentian OAE secara beratahap dapat dipertimbangkan setelah 3-5 tahun bebas bangkitan, kecuali pada epilepsi simptomatik dan kriptogenik pengobatan farmakologi dapat seumur hidup.

Kapan pasien harus di rujuk?
Rujukan ke dokter spesialis saraf bila:

  • Ada keraguan dalam penegakan diagnosis epilepsi
  • Ditemukan efek samping OAE
  • Pasien belum terkontrol dengan terapi pendahuluan
  • Terdapat penyakit lain sebagai penyerta epilepsi (komorbiditas)
  • Pasien berencana untuk menikah
  • Pasien berencana untuk hamil atau sedang hamil/menyusui
  • Dipertimbangkan untuk menghentikan OAE
  • Epilepsi yang relaps (kembali mengalami serangan setelah penghentian OAE)
  • Perubahan bentuk kejang




Tidak ada komentar:

Posting Komentar